Purnamasari sedang membuat puisi.
Pict by Kires
Pendidikan pedesaan yang dikenal saat
ini adalah sekolah, guru dan buku. Mindset masyarakat di desa tentang
pendidikan hanya sebatas taman kanak-kanak, belajar di sekolah dasar lanjut
sekolah menengah menjadi jenjang pendidikan yang luar biasa bagi masyarakat
desa tempat kami dampingi. Lokasinya cukup jauh dari kota Makassar letaknya
tepat di desa Abbumpungeng Kajuara Bone daerah pinggiran kaki gunung bulu tanah,
bersama kawan fasilitator desa A. Aswad Akbar dan Andy MS kami melakukan
pendampingan desa selama setahun.
Selama sebulan kami melakukan survey
lokasi potensi desa, banyak temuan lapangan dan masalah yang urgent di desa
saat ini. Salah satunya adalah di bidang pendidikan. Terdapat dua taman
kanak-kanak dan dua sekolah dasar menjadi tumpuan bagi masyarakat untuk mengetahui
bagaimana rasanya sekolah dan mendapat pengetahuan baru dari para guru. Tapi, gedung sekolah yang mereka harapkan saat ini tidak sesuai harapan mereka,
fasilitas tidak memadai, buku tidak ada, guru yang terbatas dan alat peraga
yang lain tidak ada. Anak siswa hanya bergantung pada satu buku yang dipegang
oleh guru, dan bahkan waktu luang mereka lebih banding dibanding belajar.
Bukan hanya fasilitas sekolah dasar
yang tidak memadai, nasib untuk lanjut ke sekolah menengah saja masih
difikirkan, jarak dari desa ke sekolah menengah pertama cukup jauh bahkan untuk
lanjut ke sekolah menengah atas harus menyeberangi kabupaten lain. Hal ini
menjadi kendala bagi anak-anak untuk melanjutkan sekolah dan tak banyak dari
mereka putus sekolah menjadi pengangguran dan bagi orangtua yang memiliki anak
perempuan dengan umur masih dini terpaksa menikahkan anaknya.
Selain survey di lokasi sekolah dasar,
kami pun mengunjungi para petani yang sedang menggarap lahannya untuk ditanami
kacang tanah. Mayoritas mata pencaharian masyarakat desa abbumpungeng adalah
petani dan peternak. Hampir sama di beberapa desa di daerah Sulawesi Selatan, pengetahuan
petani tentang pertanian hanya mengandalkan pada kebiasaan yang
dilakukan setiap hari, keberadaan penyuluh yang tidak aktif, aparat desa yang
tidak peka bahkan bantuan pemerintah tidak tersentuh ditangan mereka membuat
para petani memilih untuk bekerja sendiri dan belajar dari kesalahan setiap
harinya. Alhasil, petani hanya bertanam padi dan kacang tanah setiap tahunnya
karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang budidaya tanaman yang lain untuk
dikembangkan. Tak usah tanya masalah teknologi yang mereka gunakan, traktor
bantuan menjadi kepemilikan aparat desa dan mereka hanya menggunakan cangkul
dan alat seadanya saja.
Hal ini kami diskusikan dengan
beberapa kawan yang juga melakukan pendampingan di desa lain dan kasusnya
hampir sama yang kami temukan di lokasi dampingan mencoba mendekati masyarakat
dan bersama-sama belajar agar mereka ikut bergabung membangun mindset dan
menambah pengetahuan yang baru melalui Rumah Belajar Masyarakat (RBM).
RBM menjadi pusat aktivitas masyarakat
di desa, menjadi wadah bagi anak-anak, remaja, orangtua, pemuda dan petani
untuk saling berinteraksi menyampaikan keluhan mengenai masalah yang dihadapi
seperti dibidang pendidikan, pertanian, kesehatan dan isu yang lain. Saat ini
RBM desa Abbumpungeng bertempat di balai desa. Kami bersama para pemuda
memanfaatkan ruangan yang tidak terpakai menjadi ruang baca dan ruang belajar
anak-anak untuk bimbingan beberapa mata pelajaran. Perpustakaan buku yang selama
ini bertempat di rumah pribadi mantan kepala desa coba kami negosiasi untuk simpan
di ruang baca dan hasilnya hanya sekitar 100 buku yang kami peroleh dan simpan
di rak buku buatan warga desa. Beberapa sumbangan buku dari masyarakat serta
dari yayasan yang melakukan gerakan donasi buku.
Pict by kires
Andy ms (fasilitator desa) yang
memilki background pendidikan matematika membuat bimbingan belajar setiap
pekannya untuk anak sekolah dasar kelas 5-6. Andy mengajarkan bagaimana
memahami matematika dengan mudah dan menyenangkan. Bimbingan belajar
berlangsung di ruang baca abbumpungeng dan saat ini diikuti oleh 20 anak.
Lokasi bertempat di ruang baca
abbumpungeng
Selain itu, RBM menaungi beberapa kegiatan lain seperti kelas menulis, sanggar tari
tradisional, belajar hidroponik, beberapa pelatihan untuk para petani dan
masyarakat desa pada umumnya. Kelas menulis yang berlangsung setiap hari jumat
itu mendapat respon yang baik bagi anak-anak dengan memanfaatkan lahan
pekarangan RBM, anak-anak belajar bagaimana menulis puisi, karangan dan pantun
bermain sambil bercanda ditemani dengan angin sepoi setiap jumat bahwa belajar
tak hanya diruang kelas tapi juga bisa di alam bebas.
Menanamkan budaya serta sejarah bangsa
melalui sanggar tari tradisional. Kegiatan ini untuk anak perempuan yang
memiliki jiwa seni yang tinggi tapi terpendam dengan belajar memahami
kelembutan dan kebijaksanaan para perempuan terdahulu melalui tari dan saat ini
pengajar dari anak remaja lokal dari desa Abbumpungeng yang siap mengabdi untuk
melatih anak-anak belajar tarian tradisional.
Beberapa kegiatan produktif lain
seperti kursus menjahit bagi ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan
ketika siang hari, kami mendiskusikan dengan ibu-ibu yang semangat untuk
melakukan sesuatu yang bermanfaat dan disepakati belajar menjahit karena
mayoritas setiap rumah memiliki mesin jahit dan kurang keterampilan untuk
membuat pakaian maka dengan memanfaatkan guru lokal dari desa Abbumpungeng
sendiri, kursus menjahit berlangsung setiap harinya selama tiga bulan dan
lokasinya bertempat di RBM. Hal lain yang menjadi tugas kami adalah ketika
ibunya sedang belajar menjahit, bagaiman dengan anak-anaknya..? ketika ibunya
sibuk melatih bakatnya anak mereka menunggu selesainya kursus dengan membaca.
Dengan mengandalkan buku yang terdapat di ruang baca anak-anak di taman RBM
membaca sambil bermain, walaupun setiap kali ada yang menangis karena terlalu
lama menunggu.
Rumah belajar masyarakat saat ini
masih menjadi ruang bagi masyarakat untuk beraktivitas, berdiskusi, dan belajar
untuk para petani mereka sering mengikuti kegiatan pelatihan produktif seperti
workshop budidaya bawang merah yang menjadi tanaman percobaan kami di desa,
pelatihan pembuatan POC dan bagaimana membangun kelompok tani yang aktif.
Membangun metode bersama masyarakat
untuk kemajuan bersama menjadi hal yang penting untuk desa saat ini. Bahwa
pendidikan tak hanya di sekolah dan mendapat ijazah saja melainkan setiap orang
adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah. Teruslah mengabdi pada desa karena
anak-anak di desa menjadi tanggungjawab kita bersama. Selain itu, pendidikan bukan hanya untuk anak-anak tapi
juga bagi orang awam seperti kami para petani.
Saat ini proses pendampingan masih
berlanjut di desa Abbumpungeng dan mudah-mudahan menjadi desa yang sejahtera
seperti yang diimpikan para pengorganisir diluar sana.
Pict by kires
Pict by kires
Senyum
anak-anak ketika belajar bertanam dengan teknik hidroponik
Bertanam
tanpa tanah tapi menggunakan sekam bakar dan juga air.
Pict by kires