~Jangan
hanya sekedar menjadi wanita, tetapi jadilah seorang ibu.~
Dalam penciptaan manusia, lelaki dan
perempuan secara biologis memang berbeda, tetapi secara fitrawi, keduanya sama
dalam hal pencapaian spiritual. Sesuai
Alquran Surah An-nisa: 1, yang terjemahannya:
“Hai sekalian
manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Surat An-nisa (4) ayat 1 menceritakan tentang
awal penciptaan manusia. Ayat ini menerangkan kesatuan asal seluruh manusia,
yaitu bahwa seluruh manusia berasal dari nafs wâhidah (diri, orang, pribadi
yang satu). Ayat tersebut sebagai pengantar sekaligus penjelas bahwa tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan di wilayah kedekatan dengan sang
pencipta. Keduanya sama, kecuali pada ranah peran di wilayah domestik dan
sosial.
Tak jauh membahas penciptaan manusia, terkait
judul tentang wanita dan ibu adalah hasil pelatihan yang saya ikuti tentang
pola asuh anak dalam rumah tangga. Pengetahuan baru yang saya dapatkan ini
semoga bisa menggugah hati para wanita untuk berlaku layaknya ibu yang telah
melahirkannya.
Selain tuntutan pekerjaan, sesuai hadits
Rasulullah Saw “Didiklah anakmu 20 tahun sebelum lahir” membuat saya semangat
untuk mengikuti hingga akhir pelatihan. Alasan perempuan dini seperti saya.
Dalam kamus KBBI, wanita adalah perempuan
dewasa (kaum putri). Sedangkan kata ibu adalah wanita yang telah melahirkan,
memiliki suami.
Pembahasan psikologi, keduanya merupakan dua
hal yang berbeda. Seorang wanita yang telah memiliki anak belum tentu bisa
dikatakan seorang ibu, karena realitas sekarang yang terjadi masih banyak kasus
penelantaran anak dan aborsi. Mengapa demikian?
Secara psikis dalam diri wanita terkadang
masih terdapat keegoisan, mementingkan diri sendiri. Hal ini terjadi karena
adanya perubahan aktivitas. Sebelumnya, kesehariannya hanya makan, bekerja,
belanja dan dilakukan seorang diri, tiba-tiba diperhadapkan dengan seorang
lelaki, mengurus dan memperhatikannya hingga melahirkan seorang anak.
Sifat keibuan tercermin
dalam perilaku kasih sayang dan penuh perhatian kepada anak dan keluarga.
Meskipun berjenis kelamin dan memiliki gender yang sama, tidak semua wanita memiliki
sifat keibuan. Penelitian menemukan, penyebabnya adalah karena 'gen ibu'.
Setelah melahirkan seorang anak dan menjadi seorang ibu, kebanyakan wanita otomatis langsung memiliki kepedulian dan sangat memperhatikan bayinya yang baru lahir. Namun, ada beberapa wanita yang tidak tahu apa yang dilakukan dan bahkan tidak merasa ada perbedaan setelah menjadi seorang ibu.
Tetapi disisi lain, seseorang yang belum
bersuami berpotensi untuk memiliki sifat keibuan.
Kata wanita dan ibu juga dijelaskan dalam
Islam. Adanya hadits yang terkenal tentang,
“Wanita adalah penghuni terbanyak neraka.”
Hadits lain disebutkan pula “Surga berada
dibawah telapak kaki ibu”
Kedua hadits diatas menggunakan kata wanita
dan ibu. Kata wanita masih menggunakan pesona dan potensi untuk kepentingan
diri sendiri. Masih adanya sifat narsistik dan dominasi.
Sedangkan ibu adalah sifat yang dimiliki
seseorang yang lahir secara natural. Mencintai, memelihara, mendukung,
mendidik, memotivasi, melindungi dan mengajar. Sehingga dikatakan bahwa surga
itu berada dibawah telapak kaki seorang ibu. Karena, sifat kasih sayang yang
diberikan tanpa belas adanya imbalan. Ketulusan dan keikhlasan menjadi kunci
surga bagi seorang ibu.
Sebuah syair mengungkapkan seorang ibu tak
ubahnya bagai sekolah. Bila kita mempersiapkan sekolah itu secara baik, berarti
kita telah mempersiapkan suatu bangsa dengan generasi emas.
Yang kangen ibu, kapan terakhir engkau ciumnya?
0 komentar