Dari Sejuta Anak Yang Keliru, Hanya Ada Satu Yang Tidak Yaitu Anak Aku_Elia Daryati R.
- 05.52
- By Ibupetani
- 0 Comments
Photo by Kires
Anak
bukan tamu biasa di rumah kita. Mereka telah dipinjamkan untuk sementara waktu
kepada kita dengan tujuan mencintai mereka dan menanamkan nilai-nilai dasar
untuk kehidupan masa depan yang akan mereka jalani
(Dr. James C Dobson).
Bertolak
dari konsep anak yang utuh, anak sebagai mahkluk biologi, psikologis, sosial
dan spiritual yang seharusnya setiap orangtua mampu membina anak dengan
tuntutan dari lingkungan atau zamannya. Setiap anak memiliki kesempatan yang
sama untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Lingkungan harus
bersikap sama untuk dapat menerima anak apa adanya.
Fase
perkembangan individu anak, yaitu :
Pertama,
masa usia sekolah dasar disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian
bersekolah. Anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum atau sesudahnya. Perkembangan
kognitif sekolah dasar, daya berfikir anak berkembang, rasional dan sangat kuat.
Anak berada pada stadium belajar, seperti ibarat laptop yang diberi input, jika
awalnya kosong diisi semua, maka yang diharapkan isinya itu hanya bisa diberi
pada pengasuh yang berisi pula.
Banyaknya
kasus anak yang mendapat kekerasan dalam rumah tangga, pornografi dan seks bebas
membuat generasi penerus menjadi tidak berkarakter dengan mengikuti gaya hidup
orang luar yang begitu bebas. Pertanyaan besar adalah kemana orangtua mereka
yang berpendidikan. Kesibukan orangtua menjadi penyebab anak menjadi
terbengkalai dan tidak terkontrol.
Terbayang,
20 tahun kedepan anak-anak yang berkeliru sekarang ini menjadi orangtua, mau
jadi orangtua yang seperti apa. Kita bayangkan modus pornografi yang akan
terjadi, akan menjadi generasi yang seperti apa? masihkah ada Indonesia 20 tahun
kedepan kalau seperti itu. Hal ini menjadi bahan dan PR bagi orangtua, minimal
kita tidak bangga dengan kondisi keluarga yang baik-baik saja, tetapi juga
melirik anak dilingkungan sekitar. Berbagi dengan lingkungan karena tidak semua
orangtua memiliki kecakapan dalam mendidik anak. Yang berperan penting adalah ibu,
karena ibu adalah ujung tombak masyarakat, maka ia harus memahami pola asuh anak yang baik dan benar.
Saat
ini, pubertas pada anak laki-laki dan perempuan berimbang, siapa pun mampu
mengakses teknologi dengan cepat. Dulu mungkin, takut dengan masalah perempuan
yang banyak dipedofil tetapi justru sekarang lebih mengerikan.
Kasus
di Banjarmasin, seorang kakek merekrut anak SD-SMP, lalu dibayar dalam waktu
tiga tahun untuk melakukan hal yang tidak sewajarnya. Seperti halnya di
Makassar, kasus pelecehan seksual terhadap anak sekolah dasar terjadi di
lingkungan sekolah bahkan sesama murid melakukan hal yang tidak senonoh di
toilet. Hal ini, menjadi perhatian bagi siapapun, akan menjadi pemikiran bersama
karena anak adalah titipan yang harus dijaga dengan benar.
Kedua,
tahap perkembangan kognitif remaja, tahap ini anak telah mampu berpikir logis,
hipotetis dan abstrak.
Sumber
daya anak adalah faktor diri, rumah, sekolah dan lingkungan. Rumah, sekolah dan
lingkungan harus menjadi satu kesatuan yang berbasis pengasuhan masyarakat
dengan mengantar anak menjadi yang terbaik.
Karena
filosofi pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan
untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi
persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
Bagaimana cara memproteksi anak
yang berada diluar rumah?
Yang
menjadi poin penting adalah sejauh mana orangtua memberikan bekal proteksi
terhadap diri anak ketika menghadapi masalah, misalnya hujan adalah masalah dan
payung adalah proteksi maka sebesar apa payung yang kita telah berikan kepada
anak untuk menjaga dirinya dari hujan besar ataupun kecil itu. Dan bekal proteksi
yang tepat untuk anak adalah pendidikan.
Seperti
halnya imunisasi, lingkungan adalah penyakit. Jika tidak memberikan imunisasi
atau penyuntikan yang benar maka ia akan terjangkit virus yang membahayakan
tubuhnya. Karena anak bisa menjadi polisi bagi dirinya sendiri dari bekal yang
telah diberikan oleh pengasuh yang cerdas.
Jika
anak memiliki pendidikan dasar yang baik, bagaimanapun lingkungan mempengaruhinya
ia akan tetap mampu kembali dan memproteksi dirinya. Karena dasar awal sudah
mempunyai informasi yang benar dan salah dengan jelas.
Bila
terdapat anak yang terlanjur terpengaruh dengan lingkungan yang keliru maka
lakukan reedukasi, yaitu proses pembelajaran ulang. Hanya saja berbeda dengan memperbaiki
rumah, mendidik ulang anak butuh energi yang lebih.
Setiap diri orangtua di bangsa ini mengatakan
bahwa dari sejuta anak yang keliru, hanya ada satu yang tidak yaitu anak aku
maka negara ini akan aman._Elia Daryati R.
Resume mengikuti Training Of Trainer Parenting, (23-24/9/2016)
Pemateri : Elia Daryati R, Psikolog. Penulis buku parenting with heart.
0 komentar