Indah Saja Tidak Cukup, Ia Harus Memiliki Makna; Review Foto Jurnalistik
- 02.11
- By Ibupetani
- 0 Comments
Gambar: Hasil hunting foto di Kampung Pemulung Tamalanrea
(Foto: Kires)
"Indah saja tidak cukup, ia harus memiliki
makna." kata Hariyanto Kepala Divisi Foto dan Artistik Media Indonesia.
Dunia foto jurnalistik menjadi hal baru bagi saya. Berlatarbelakang ilmu pertanian, berinteraksi dengan petani dan
masyarakat desa setahun terakhir, menambah pengalaman dan keingintahuan semakin besar. Sering menjadi kontributor disetiap kegiatan di desa dan
mengirimkan tulisan ke media, menuntut saya untuk lebih banyak belajar dan
memperbaiki tulisan agar lebih menarik dan dimuat di pemberitaan.
Cara yang sering saya lakukan dengan mengikuti pelatihan
dan workshop jurnalistik yang diadakan oleh lembaga profesional. Seperti yang
dilaksanakan oleh Media Indonesia dengan mengusung tema “Ini Kotaku” mengadakan
Roadshow Journalistic, Photography Workshop, Hunting & Competition
bekerjasama dengan komunitas Diafragma Universitas Muslim Indonesia (Sabtu, 17
September 2016), kemarin.
Menjadi bagian dari mereka, berbagi pengetahuan dengan peserta
dari latarbelakang berbeda. Mayoritas pekerja media dan fotografer membuat
kegiatan ini semakin menarik.
Workshop dimulai dengan sharing pengalaman dan teori
jurnalistik yang disampaikan oleh Om Hariyanto dari Media Indonesia. Ia berbagi
tips cara pengambilan gambar yang baik, yakni :
Pertama, seorang jurnalis foto harus kaya akan memori visual. Kemampuan imajinasi yang diperlukan untuk menghasilkan karya yang menarik.
Kedua, memiliki sensitivitas terhadap lingkungan sekitar. Menceritakan aktivitas keseharian, peka terhadap lingkungan rumah, kampus, kantor, dan ruang kelas.
Pertama, seorang jurnalis foto harus kaya akan memori visual. Kemampuan imajinasi yang diperlukan untuk menghasilkan karya yang menarik.
Kedua, memiliki sensitivitas terhadap lingkungan sekitar. Menceritakan aktivitas keseharian, peka terhadap lingkungan rumah, kampus, kantor, dan ruang kelas.
Ketiga, sebelum memotret
lakukan riset terlebih dahulu. pra visualisasi. Melihat referensi dari visual
foto yang pernah memenangkan kompetisi. Secara visual foto ceremony penting
tetapi tidak ideal, jadi seorang fotografer bisa memanfaatkan kondisi sekitar
dengan menggunakan imaji yang berbeda.
Keempat, mampu menaklukan hambatan di lapangan. Misal, dalam peliputan bencana alam, seorang jurnalis foto harus memiliki mitigasi bencana agar aman dalam setiap kondisi yang tidak diduga.
Kelima, jurnalis foto harus membayangkan ekspresi orang yang akan melihat gambar kita. Agar karya yang diciptakan sesuai ekspektasi dan tidak menimbulkan egoisme.
Keempat, mampu menaklukan hambatan di lapangan. Misal, dalam peliputan bencana alam, seorang jurnalis foto harus memiliki mitigasi bencana agar aman dalam setiap kondisi yang tidak diduga.
Kelima, jurnalis foto harus membayangkan ekspresi orang yang akan melihat gambar kita. Agar karya yang diciptakan sesuai ekspektasi dan tidak menimbulkan egoisme.
Hal ini, menjadi dasar dan poin penting dalam mempertahankan kualitas foto yang
dimiliki. Karena untuk menghasilkan karya yang menarik tidak harus indah tetapi
memiliki makna disetiap potretnya.
Dengan menampilkan
beberapa foto dari tim Media Indonesia, Om Hariyanto mengatakan dunia
jurnalisme saat ini sudah menjadi milik semua orang. Siapa saja bisa
menghasilkan karya yang bagus karena didukung dengan teknologi dan referensi
visual yang bertebaran dimana-mana.
Pada umumnya, mengakses informasi sudah tidak dari koran lagi,
dan nasib para jurnalis foto semakin terancam karena setiap orang bisa
mengakses itu dan mengirimkan foto beserta captionnya di media apapun. Bahkan teknologi
televisi dan aplikasi gadget yang kita miliki begitu mudah mendapat informasi apa
yang terjadi hari ini.
Foto jurnalistik adalah
membuat berita dengan menggunakan
foto sebagai media informasi. Foto memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan media verbal. Selain
mudah diingat, foto juga mempunyai efek ketiga yang timbul jika kita melihatnya. Efek
tersebut tergantung dari siapa, pekerjaan, pengalaman, pendidikan, pengetahuan
dan perspektif yang melihatnya.
Lingkup Foto Jurnalistik adalah
manusia dan kehidupannya. Oleh karena itu seorang
jurnalis foto harus mempunyai kepentingan mutlak pada manusia dan segala hal yang
menyangkut kehidupan.
Bekerja sebagai
jurnalis atau ingin mengirimkan foto ke media maka basisnya adalah fakta. Karena
banyaknya manipulasi terjadi saat ini. Pada dasarnya kegiatan jurnalis adalah
kejujuran. Dan cara mempertahankan profesi seorang
jurnalis foto adalah dengan menulis, karena tidak semua orang mampu menuliskan
foto yang dihasilkannya.
Selain sharing pengetahuan, para peserta mengikuti
kompetisi fotografi tema “Ini Kotaku” dengan syarat peserta menyerahkan dua
foto hasil hunting sesuai waktu yang ditentukan oleh panitia.
“Lenyapnya antusiasme berarti
bencana bagi perkembangan seorang pewarta foto.” Media Indonesia.
Om Hariyanto sharing pengalaman
Suasana sebelum hunting foto untuk kompetisi
Para peserta serius menyimak slideshow foto dari Media Indonesia
Mas Yunang dan Kisahnya.
0 komentar