Pojeng Sebagai Upah Kerja Petani Kacang Tanah

Pict by dzul ikram, 
bersama erna fasilitator desa sedang memilah kacang tanah

Pojeng merupakan upah tenaga kerja untuk ibu-ibu yang membantu hasil panen kacang tanah dengan memisahkan polong dari akar kacang. Proses ini merupakan pascapanen tanaman kacang tanah yang dilakukan oleh ibu-ibu warga desa abbumpungeng kajuara bone setelah mencabut kacang dari akarnya. Ketika ibu-ibu memisahkan polongnya, mereka juga memilah batang mana yang memiliki polong yang berisi banyak dan bagus maka batang tersebut disimpan dan dibawa pulang sebagai upah dari kerjanya. Semakin lama membantu proses pelepasan polong maka semakin banyak pojeng yang diperoleh.

Tepat setelah pencabutan tanaman yang dilakukan para petani dan diangkut kerumahnya masing-masing menggunakan gerobak, proses pelepasan polong dari akar berlanjut dan dilakukan oleh para ibu-ibu di desa. 

Sore hari, ketika saya hendak mengelilingi desa yang menjadi tempat pendampingan, saya melihat beberapa perempuan yang sedang duduk memilah batang kacang. terlihat ibu separuh baya, anak perempuan beserta nenek dan ibu pemilik kacang tanah duduk melingkar sambil tertawa bercanda dengan tangan tak lepas memisahkan polong kacang. saya ikut bergabung dengan mereka untuk membantu pekerjaan tersebut. Sedikit banyaknya perempuan punya peran serta dalam pascapanen di beberapa tanaman masyarakat desa Abbumpungeng. Mulai dari panen, pengeringan menggunakan sinar matahari sampai pemisahan polong dari akarnya seperti yang dilakukan ibu-ibu sekarang ini.

"lepas ki kacangnya baru kumpulkan ki kacang yang paling bagus supaya bisa kau bawa pulang,"
kata puang haya'.
"kenapa tidak yang sudah dilepas saja kuambil?"jawabku
"lain juga itu, mau dijual. masa yang kurang bagus kau ambil, macolleke kau ambil. ambilmi pojengmu sebentar kalau pulang."Percakapan mulai terbangun dan candaan para perempuan ini membuat saya larut dari kerjaannya.

Sebelum kacang tanah dijual ke pengumpul, kacang dipilah lalu dikeringkan dengan sinar matahari lalu dijual. harga perember hanya berkisar 40 ribu. dengan menggunakan ember 20-40 liter. Entah itu untung atau rugi petani hanya memberikan ke pengumpul dan menerima hasil jualnya.

Sebelumnya, saya tidak paham dengan maksud pojeng yang dikatakan puang haya' karena semua batang yang dapatkan hampir sama memiliki polong yang kecil dan biji hanya berkisar 1-2 biji saja perpolong hal ini disebabkan karena musim kemarau panjang yang terjadi di daerah sulawesi pada umumnya beberapa bulan lalu sehingga jumlah biji perpolong sangat sedikit. Puang haya' hanya tertawa sembari membantu saya mengumpulkan pojeng untuk dibawa pulang.

Para ibu-ibu setiap harinya melakukan pekerjaan ini, ditemani dengan para petani yang memisahkan batang yang sudah dilepas polongnya untuk dijadikan sebagai pakan ternak dan anak perempuan yang menjamu para pekerja dengan secangkir teh dinikmati dengan kacang tanah bercampur gula merah. berlangsung hingga menjelang matahari tenggelam, saya ikut menyelesaikan pekerjaan dan mendapat pojeng untuk dibawa pulang. 

You Might Also Like

0 komentar