Dari Sejuta Anak Yang Keliru, Hanya Ada Satu Yang Tidak Yaitu Anak Aku_Elia Daryati R.

 Photo by Kires

Anak bukan tamu biasa di rumah kita. Mereka telah dipinjamkan untuk sementara waktu kepada kita dengan tujuan mencintai mereka dan menanamkan nilai-nilai dasar untuk kehidupan masa depan yang akan mereka jalani (Dr. James C Dobson).

Bertolak dari konsep anak yang utuh, anak sebagai mahkluk biologi, psikologis, sosial dan spiritual yang seharusnya setiap orangtua mampu membina anak dengan tuntutan dari lingkungan atau zamannya. Setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Lingkungan harus bersikap sama untuk dapat menerima anak apa adanya.

Fase perkembangan individu anak, yaitu :
Pertama, masa usia sekolah dasar disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum atau sesudahnya. Perkembangan kognitif sekolah dasar, daya berfikir anak berkembang, rasional dan sangat kuat. Anak berada pada stadium belajar, seperti ibarat laptop yang diberi input, jika awalnya kosong diisi semua, maka yang diharapkan isinya itu hanya bisa diberi pada pengasuh yang berisi pula.

Banyaknya kasus anak yang mendapat kekerasan dalam rumah tangga, pornografi dan seks bebas membuat generasi penerus menjadi tidak berkarakter dengan mengikuti gaya hidup orang luar yang begitu bebas. Pertanyaan besar adalah kemana orangtua mereka yang berpendidikan. Kesibukan orangtua menjadi penyebab anak menjadi terbengkalai dan tidak terkontrol.

Terbayang, 20 tahun kedepan anak-anak yang berkeliru sekarang ini menjadi orangtua, mau jadi orangtua yang seperti apa. Kita bayangkan modus pornografi yang akan terjadi, akan menjadi generasi yang seperti apa? masihkah ada Indonesia 20 tahun kedepan kalau seperti itu. Hal ini menjadi bahan dan PR bagi orangtua, minimal kita tidak bangga dengan kondisi keluarga yang baik-baik saja, tetapi juga melirik anak dilingkungan sekitar. Berbagi dengan lingkungan karena tidak semua orangtua memiliki kecakapan dalam mendidik anak. Yang berperan penting adalah ibu, karena ibu adalah ujung tombak masyarakat, maka ia harus  memahami pola asuh anak yang baik dan benar.

Saat ini, pubertas pada anak laki-laki dan perempuan berimbang, siapa pun mampu mengakses teknologi dengan cepat. Dulu mungkin, takut dengan masalah perempuan yang banyak dipedofil tetapi justru sekarang lebih mengerikan.

Kasus di Banjarmasin, seorang kakek merekrut anak SD-SMP, lalu dibayar dalam waktu tiga tahun untuk melakukan hal yang tidak sewajarnya. Seperti halnya di Makassar, kasus pelecehan seksual terhadap anak sekolah dasar terjadi di lingkungan sekolah bahkan sesama murid melakukan hal yang tidak senonoh di toilet. Hal ini, menjadi perhatian bagi siapapun, akan menjadi pemikiran bersama karena anak adalah titipan yang harus dijaga dengan benar.

Kedua, tahap perkembangan kognitif remaja, tahap ini anak telah mampu berpikir logis, hipotetis dan abstrak.

Sumber daya anak adalah faktor diri, rumah, sekolah dan lingkungan. Rumah, sekolah dan lingkungan harus menjadi satu kesatuan yang berbasis pengasuhan masyarakat dengan mengantar anak menjadi yang terbaik.

Karena filosofi pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.

Bagaimana cara memproteksi anak yang berada diluar rumah?

Yang menjadi poin penting adalah sejauh mana orangtua memberikan bekal proteksi terhadap diri anak ketika menghadapi masalah, misalnya hujan adalah masalah dan payung adalah proteksi maka sebesar apa payung yang kita telah berikan kepada anak untuk menjaga dirinya dari hujan besar ataupun kecil itu. Dan bekal proteksi yang tepat untuk anak adalah pendidikan.

Seperti halnya imunisasi, lingkungan adalah penyakit. Jika tidak memberikan imunisasi atau penyuntikan yang benar maka ia akan terjangkit virus yang membahayakan tubuhnya. Karena anak bisa menjadi polisi bagi dirinya sendiri dari bekal yang telah diberikan oleh pengasuh yang cerdas.

Jika anak memiliki pendidikan dasar yang baik, bagaimanapun lingkungan mempengaruhinya ia akan tetap mampu kembali dan memproteksi dirinya. Karena dasar awal sudah mempunyai informasi yang benar dan salah dengan jelas.

Bila terdapat anak yang terlanjur terpengaruh dengan lingkungan yang keliru maka lakukan reedukasi, yaitu proses pembelajaran ulang. Hanya saja berbeda dengan memperbaiki rumah, mendidik ulang anak butuh energi yang lebih.

Setiap diri orangtua di bangsa ini mengatakan bahwa dari sejuta anak yang keliru, hanya ada satu yang tidak yaitu anak aku maka negara ini akan aman._Elia Daryati R.

Resume mengikuti Training Of Trainer Parenting, (23-24/9/2016)
Pemateri : Elia Daryati R, Psikolog. Penulis buku parenting with heart. 


You Might Also Like

0 komentar