Dua Perempuan Desa

Pict by Kires
Lokasinya di desa dampingan teman saya yang berada di desa bana kecamatan bontocani bone. Pagi ini setelah bantu kawan saya panggil dia ummu menyelesaikan aktivitas rutinnya saya ajak kak ummu untuk ke pasar tempat bu dusun menjual barang dagangannya. Sebenarnya, kak ummu agak ragu karena jalannya cukup ekstrim dan terjal, rusak pula. Tapi saya tetap ngotot dan meyakinkan kak ummu kalau saya bisa. Kami mengendarai motor kak andi untuk memulai petualangan hari ini.

Benar berani saya hari ini, saya kuatkan tangan dan kakiku untuk menahan motor yang cukup berat saat jalanan menurun dan menanjak. Posisi tangan harus seimbang agar ban motor tidak tergelincir karena banyak bebatuan besar. Harus fokus kearah jalan, tak bisa melirik kiri kanan dan menikmati pemandangan pegunungan di pagi hari. Cuma bisa tertawa untuk menghilangkan ketegangan saat ini, walaupun dalam hati berbisik kapan kami tiba di pasar.

Tibanya di pasar, kerumunan orang memandangi kami, mungkin heran orang baru dan perempuan berani mengendarai motor di jalur seperti ini tapi saya senyum saja sambil mencari tempat dagangan bu dusun. Pasarnya cukup rama, suasananya sangat kekeluargaan. Tapi pedagang rata-rata berusia senja yang jualan ikan dan sayuran mereka setiap minggunya berjalan dari atas gunung untuk turun menuju pasar dan memikul dagangan mereka untuk mencari nafkah dari keuntungan yang tidak terlalu besar. Kondisi masyarakat desa Bana agak berbeda dari desa binaanku, akses untuk ke kota dan ke pasar kecamatan sangat jauh dari sini, makanya masyarakat membangun pasar hanya seadanya saja dan barang cukup mahal karena biaya akses untuk kesini cukup susah makanya barang dagangan di pasar juga tak terlalu banyak. Masyarakat tergolong tertinggal dari aspek pembangunan, pendidikan dan pendapatan masyarakat.

Saya membantu bu dusun dan anaknya menjual barang dagangannya. Karena pembeli tinggal sedikit dan pasar sudah mulai tutup saya dan kak ummu beranjak untuk pulang duluan, sebenarnya saya mau tukaran motor dan di bonceng sama lisda anak bu dusun, tangan dan lenganku pegal karena perjalanan tadi tapi mereka masih lama dan harus berkemas lagi dan saya juga mau kembali ke desa binaanku jadi saya tetap harus kuat dan kembali mengendarai motor.

Perjalanan awal sudah mulai saya kuasai, karena jalanan menanjak jadi saya menambah kecepatan. Setengah perjalanan mungkin karena tidak fokus dan bercanda dengan kak ummu, ban belakang motor tergelincir dan motor terjatuh ke kiri dan masuk lubang, alhasil saya terpingkal ke tanah dengan kondisi jalanan menanjak.

“Omamama....Allahuakbar..”teriakku dengan kak ummu

Dan saya tepat di stir motor dan badan kak ummu menumpukku. Karena kaget dan hanya bisa tertawa walau badan sakit saya istirahat sejenak dan memperbaiki posisi motor.
Tampo dudu ki tadi bilang dikuasaimi medan,,”sahut kak ummu sambil tertawa
iye, saya juga kubilang harus kuat tangan..nyakkk jatuh tonji..”katsaya
Tak ada satupun warga yang lewat jadi saya tetap harus mengendarai motor karena jaraknya masih jauh dari rumah dan lebih berhati-hati lagi.


Kunjungan hari ini berhasil membuat badan memar, pegal dan dada masih terasa sakit. Tapi tetap menikmati pemandangan khas desa bana’ bersama teman minum segelas kopi dan sepiring mie instan bercampur ubi kayu pagi ini.


You Might Also Like

0 komentar