Wanita dan Ibu: Dua Hal Yang Berbeda

 Sumber Gambar: nizalsyahroni.com

~Jangan hanya sekedar menjadi wanita, tetapi jadilah seorang ibu.~

Dalam penciptaan manusia, lelaki dan perempuan secara biologis memang berbeda, tetapi secara fitrawi, keduanya sama dalam hal pencapaian spiritual.  Sesuai Alquran Surah An-nisa: 1, yang terjemahannya:

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

Surat An-nisa (4) ayat 1 menceritakan tentang awal penciptaan manusia. Ayat ini menerangkan kesatuan asal seluruh manusia, yaitu bahwa seluruh manusia berasal dari nafs wâhidah (diri, orang, pribadi yang satu). Ayat tersebut sebagai pengantar sekaligus penjelas bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan di wilayah kedekatan dengan sang pencipta. Keduanya sama, kecuali pada ranah peran di wilayah domestik dan sosial.

Tak jauh membahas penciptaan manusia, terkait judul tentang wanita dan ibu adalah hasil pelatihan yang saya ikuti tentang pola asuh anak dalam rumah tangga. Pengetahuan baru yang saya dapatkan ini semoga bisa menggugah hati para wanita untuk berlaku layaknya ibu yang telah melahirkannya.

Selain tuntutan pekerjaan, sesuai hadits Rasulullah Saw “Didiklah anakmu 20 tahun sebelum lahir” membuat saya semangat untuk mengikuti hingga akhir pelatihan. Alasan perempuan dini seperti saya. 

Dalam kamus KBBI, wanita adalah perempuan dewasa (kaum putri). Sedangkan kata ibu adalah wanita yang telah melahirkan, memiliki suami.

Pembahasan psikologi, keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Seorang wanita yang telah memiliki anak belum tentu bisa dikatakan seorang ibu, karena realitas sekarang yang terjadi masih banyak kasus penelantaran anak dan aborsi. Mengapa demikian?

Secara psikis dalam diri wanita terkadang masih terdapat keegoisan, mementingkan diri sendiri. Hal ini terjadi karena adanya perubahan aktivitas. Sebelumnya, kesehariannya hanya makan, bekerja, belanja dan dilakukan seorang diri, tiba-tiba diperhadapkan dengan seorang lelaki, mengurus dan memperhatikannya hingga melahirkan seorang anak.

Sifat keibuan tercermin dalam perilaku kasih sayang dan penuh perhatian kepada anak dan keluarga. Meskipun berjenis kelamin dan memiliki gender yang sama, tidak semua wanita memiliki sifat keibuan. Penelitian menemukan, penyebabnya adalah karena 'gen ibu'.

Setelah melahirkan seorang anak dan menjadi seorang ibu, kebanyakan wanita otomatis langsung memiliki kepedulian dan sangat memperhatikan bayinya yang baru lahir. Namun, ada beberapa wanita yang tidak tahu apa yang dilakukan dan bahkan tidak merasa ada perbedaan setelah menjadi seorang ibu.


Tetapi disisi lain, seseorang yang belum bersuami berpotensi untuk memiliki sifat keibuan.
Kata wanita dan ibu juga dijelaskan dalam Islam. Adanya hadits yang terkenal tentang,

“Wanita adalah penghuni terbanyak neraka.”

Hadits lain disebutkan pula “Surga berada dibawah telapak kaki ibu”

Kedua hadits diatas menggunakan kata wanita dan ibu. Kata wanita masih menggunakan pesona dan potensi untuk kepentingan diri sendiri. Masih adanya sifat narsistik dan dominasi.

Sedangkan ibu adalah sifat yang dimiliki seseorang yang lahir secara natural. Mencintai, memelihara, mendukung, mendidik, memotivasi, melindungi dan mengajar. Sehingga dikatakan bahwa surga itu berada dibawah telapak kaki seorang ibu. Karena, sifat kasih sayang yang diberikan tanpa belas adanya imbalan. Ketulusan dan keikhlasan menjadi kunci surga bagi seorang ibu.

Sebuah syair mengungkapkan seorang ibu tak ubahnya bagai sekolah. Bila kita mempersiapkan sekolah itu secara baik, berarti kita telah mempersiapkan suatu bangsa dengan generasi emas.


Yang kangen ibu, kapan terakhir engkau ciumnya?

You Might Also Like

0 komentar