Mengasah Keterampilan Sejak Dini

Setelah menjelahaji daerah dusun bilipu, sekitar 1100 m menempuhnya dengan jalan kaki melengkapi transek dan mengamati potensi dibidang pertanian dan peternakan. Saya menginput data untuk kelengkapan berkas.

Di sela-sela istirahat, saya diskusi dengan ifa (anak puang tahir) teman komunitas juga. Ternyata dia juga memiliki hobi yang sama denganku, melukis. Saya masih pemula, tapi dia suka lihat gambarku. Yah,,,walaupun Cuma sketsa gambar saja. Dia juga punya lukisan bunga kembang sepatu, gambarnya rapi dan keren. Dia juga punya keterampilan membuat aksesoris, karena saya terkadang ksaya makanya ifa ngajarin untuk membuat gelang semua perlengkapannya ada baik itu kain, tali, bahkan pernak-pernik.

Saya belajar untuk melatih keterampilan. Konon, orang yang gemar dengan kerajinan dan kesenian itu sabar karena prosesnya lama sehingga dapat melatih kesabaran. Saya mencoba mulai mengikat sesuai instruksi ifa, walaupun terkadang ikatannya lepas bahkan terkait erat. Sambil belajar kami cerita banyak tentang kondisi keluarga puang tahir dan perjuangannya semasa muda hingga menjadi pemimpin seperti sekarang.

Sebelum ifa ngajak untuk membuat gelang, saya berbaring sambil membaca buku yang terletak di tumpukan rak buku. Judul bukunya mati ketawa ala JK, isi bukunya tentang pernyataan pak JK di beberapa wawancara yang dimuat di media sosial. Isi bukunya kocak, maklumlah pak JK terkenal dengan kepandaiannya yang mengelas menghadapi pertanyaan dan permasalahan negeri khususnya yang terkait politik dan kesejahteraan masyarakat. Bahasa beliau selalu sederhana dan tidak bertopeng.

Ini nggak ada hubungannya dengan programku selama setahun, Cuma hasil analisis saja selama mengenal beliau dan membaca bukunya.

Beberapa menit setelah membuat gelang hasilnya lumayan dan terlintas di pikiranku, sepertinya bagus untuk program pemberdayaan perempuan daripada kumpul hanya bergosip dan tak ada output lebih baik berkumpul sambil mengerjakan keterampilan yang menjanjikan karena aktivitas masyarakat abbumpungeng khususnya perempuan masih kurang produktif apalagi ibu rumah tangga. Langkah awal untuk perjuanganku selama di kampung bugis ini. saya masih butuh banyak belajar, memperbanyak pengalaman dan membaca buku.


“Tidak ada pemimpin hebat dari kursus ke kursus, dari pendidikan ke pendidikan, tidak ada! Pendidikan terbaik adalah pengalaman. Pengalaman terbaik adalah kegagalan, kalau ada kegagalan, ada kesempatan untuk memperbaikinya”. Kata pak JK dalam harian kompas. 

You Might Also Like

0 komentar