Indah Saja Tidak Cukup, Ia Harus Memiliki Makna; Review Foto Jurnalistik


 Gambar: Hasil hunting foto di Kampung Pemulung Tamalanrea 
(Foto: Kires)

"Indah saja tidak cukup, ia harus memiliki makna." kata Hariyanto Kepala Divisi Foto dan Artistik Media Indonesia.

Dunia foto jurnalistik menjadi hal baru bagi saya. Berlatarbelakang ilmu pertanian, berinteraksi dengan petani dan masyarakat desa setahun terakhir, menambah pengalaman dan keingintahuan semakin besar. Sering menjadi kontributor disetiap kegiatan di desa dan mengirimkan tulisan ke media, menuntut saya untuk lebih banyak belajar dan memperbaiki tulisan agar lebih menarik dan dimuat di pemberitaan.

Cara yang sering saya lakukan dengan mengikuti pelatihan dan workshop jurnalistik yang diadakan oleh lembaga profesional. Seperti yang dilaksanakan oleh Media Indonesia dengan mengusung tema “Ini Kotaku” mengadakan Roadshow Journalistic, Photography Workshop, Hunting & Competition bekerjasama dengan komunitas Diafragma Universitas Muslim Indonesia (Sabtu, 17 September 2016), kemarin.


Menjadi bagian dari mereka, berbagi pengetahuan dengan peserta dari latarbelakang berbeda. Mayoritas pekerja media dan fotografer membuat kegiatan ini semakin menarik.

Workshop dimulai dengan sharing pengalaman dan teori jurnalistik yang disampaikan oleh Om Hariyanto dari Media Indonesia. Ia berbagi tips cara pengambilan gambar yang baik, yakni :

Pertama, seorang jurnalis foto harus kaya akan memori visual. Kemampuan imajinasi yang diperlukan untuk menghasilkan karya yang menarik.

Kedua, memiliki sensitivitas terhadap lingkungan sekitar. Menceritakan aktivitas keseharian, peka terhadap lingkungan rumah, kampus, kantor, dan ruang kelas.

Ketiga, sebelum memotret lakukan riset terlebih dahulu. pra visualisasi. Melihat referensi dari visual foto yang pernah memenangkan kompetisi. Secara visual foto ceremony penting tetapi tidak ideal, jadi seorang fotografer bisa memanfaatkan kondisi sekitar dengan menggunakan imaji yang berbeda.

Keempat, mampu menaklukan hambatan di lapangan. Misal, dalam peliputan bencana alam, seorang jurnalis foto harus memiliki mitigasi bencana agar aman dalam setiap kondisi yang tidak diduga.

Kelima, jurnalis foto harus membayangkan ekspresi orang yang akan melihat gambar kita. Agar karya yang diciptakan sesuai ekspektasi dan tidak menimbulkan egoisme.

Hal ini, menjadi dasar dan poin penting dalam mempertahankan kualitas foto yang dimiliki. Karena untuk menghasilkan karya yang menarik tidak harus indah tetapi memiliki makna disetiap potretnya.
Dengan menampilkan beberapa foto dari tim Media Indonesia, Om Hariyanto mengatakan dunia jurnalisme saat ini sudah menjadi milik semua orang. Siapa saja bisa menghasilkan karya yang bagus karena didukung dengan teknologi dan referensi visual yang bertebaran dimana-mana.
Pada umumnya, mengakses informasi sudah tidak dari koran lagi, dan nasib para jurnalis foto semakin terancam karena setiap orang bisa mengakses itu dan mengirimkan foto beserta captionnya di media apapun. Bahkan teknologi televisi dan aplikasi gadget yang kita miliki begitu mudah mendapat informasi apa yang terjadi hari ini.

Foto jurnalistik adalah membuat berita dengan menggunakan foto sebagai media informasi. Foto memiliki kelebihan jika dibandingkan  dengan media verbal. Selain mudah diingat, foto juga mempunyai efek ketiga yang timbul jika kita melihatnya. Efek tersebut tergantung dari siapa, pekerjaan, pengalaman, pendidikan, pengetahuan dan perspektif yang melihatnya.
Lingkup Foto Jurnalistik adalah manusia dan kehidupannya. Oleh karena itu seorang jurnalis foto harus mempunyai kepentingan mutlak pada manusia dan segala hal yang menyangkut  kehidupan.
Bekerja sebagai jurnalis atau ingin mengirimkan foto ke media maka basisnya adalah fakta. Karena banyaknya manipulasi terjadi saat ini. Pada dasarnya kegiatan jurnalis adalah kejujuran. Dan cara mempertahankan profesi seorang jurnalis foto adalah dengan menulis, karena tidak semua orang mampu menuliskan foto yang dihasilkannya.

Selain sharing pengetahuan, para peserta mengikuti kompetisi fotografi tema “Ini Kotaku” dengan syarat peserta menyerahkan dua foto hasil hunting sesuai waktu yang ditentukan oleh panitia.

Lenyapnya antusiasme berarti bencana bagi perkembangan seorang pewarta foto.” Media Indonesia.


Om Hariyanto sharing pengalaman


Suasana sebelum hunting foto untuk kompetisi


Para peserta serius menyimak slideshow foto dari Media Indonesia


Mas Yunang dan Kisahnya. 




 Numpang Eksis, live in Metro TV

You Might Also Like

0 komentar