Menuju Yayasan BaKTI; Bengkel Komunikasi “Saya Jurnalis Warga”


Suasana hari pertama Bengkel Komunikasi
Pict by Kires
Hari Pertama.

Pagi ini, berangkat sekitar 08.25 Wita mengendarai motor menuju tempat kegiatan jurnalis yang diadakan Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). Berdasarkan informasi di email, lokasinya berada di jalan Mappayukki. Tepatnya saya belum tahu, tetapi dengan mengandalkan Kantor Samsat saya mencoba untuk mencarinya.

Tiba di depan Kantor Samsat, saya mencari papan yang bertuliskan BaKTI dan tidak melihat tampakannya sedikitpun. Lupa menyimpan nomor panitia, saya menghubungi teman yang merekomendasikan kegiatan ini dan menyampaikan untuk menghubungi via line Kanda Lebug, tetapi sepertinya Kanda Lebug sudah lupa dengan saya, akhirnya saya melanjutkan perjalanan. 

Hampir 20 menit lalu lalang depan Kantor Samsat tak menemukan jejak papan tersebut. Berhenti dan bertanya dengan tukang parkir dia pun tidak tahu. Saya mengendarai kembali motor dan melihat kembali alamat yayasan dan fokus dengan nomor alamat yang dikirimkan. Bertanya kembali dengan orang yang berbeda, ternyata posisi saat ini berada sekitar 10 meter dari alamat yang saya tujukan.

Akhirnya saya kembali ke arah jalan Ratulangi, mata awas mulai memandangi satu persatu papan alamat dan menemukan logo yang bertuliskan BaKTI sebelah kiri tempat saya berada. Laju motor bertambah menuju tempat yang sudah terlihat. Yah! Touch down at Yayasan BaKTI.

Mengandalkan informasi dari media sosial, saya tertarik mengikuti kegiatan ini. Berdasarkan informasi, Yayasan BaKTI bekerjasama dengan AgFor Sulawesi (Agroforestry and Forestry) untuk mengadakan workshop jurnalis dengan tema Bengkel Komunikasi “Saya Jurnalis Warga” selama dua hari, tanggal 19-20 Juli 2016. Tujuan yayasan BaKTI mengadakan kegiatan ini adalah untuk berbagi tips dan pengalaman tentang visualisasi menulis serta tulisan lebih menarik untuk dibaca.

Mengisi daftar hadir dan memasuki ruangan yang disediakan dan bertemu dengan beberapa orang baru. Tak seorangpun saya kenal, saya melirik kembali peserta satu persatu dan wajah familiar saya temukan di sudut sebelah kiri pintu masuk. Perawakan bak anak reggae, supel dan berambut gondrong ternyata dia adalah kanda Lebug yang saya temui beberapa bulan yang lalu di Kahayya Bulukumba. Waktu itu sempat berkenalan, tetapi saat ini saya enggan untuk menyapa.

Mencari tempat duduk peserta dan berkenalan dengan orang yang berada semeja dengan saya. Dengan gaya ala pejabat, posisi meja peserta mengingatkan saya dengan acara lawakan di stasiun televisi ILK (Indonesia Lawak Klub). Namanya Iqbal Gorontalo, Agus dari Kendari dan Citra dari Gorontalo, teman diskusi hari ini. Belum banyak ngobrol dengan mereka, tetapi kami memulai pembicaraan dengan profesi masing-masing. Peserta berjumlah 30 orang perwakilan dari beberapa komunitas, instansi pemerintah dan swasta.

Kembali ke posisi kanda Lebug berdiri, di sebelah kirinya tepat sosok lelaki tinggi yang bernama Daeng Ipul, itu sapaan akrabnya. Saya mengenal dia dari kanda Enal dan akan menjadi pembicara hari ini. Oke, terima kasih atas perkenalannya!

Kegiatan hari ini mulai terdeskripsikan dan saya semakin tertarik untuk mengikutinya hingga selesai. Semoga saja kemampuan menulis bisa ditingkatkan.

“Menulislah agar kau mengabadi..” kalimat yang cocok pagi ini ditemani secangkir teh untuk menenangkan fikiran dan fokus menyimak materi. Terimakasih yayasan BaKTI atas suguhannya hari ini.








You Might Also Like

1 komentar